Cinemags
  • Trending
  • Reviews
  • Movie News
  • TV News
  • Interview
  • Lainnya
    • Show Case
    • Komik
    • Shop
No Result
View All Result
Cinemags
  • Trending
  • Reviews
  • Movie News
  • TV News
  • Interview
  • Lainnya
    • Show Case
    • Komik
    • Shop
No Result
View All Result
Cinemags
No Result
View All Result

Sensor Mandiri sebagai budaya yang baru dalam industri film

by nuty laraswaty
July 10, 2020
in Articles, Events, Komunitas, News, Uncategorized
Reading Time: 5 mins read
A A
0
Sensor mandiri
Share on FacebookShare on Twitter

Sudah terhitung dua bulan , sejak  pengurus LSF (Lemabaga Sensor Film) periode tahun 2020 sampai dengan 2024  yang baru, dilantik.

Kali ini dalam diskusi terbuka yang dilakukan secara online (webinar) dengan tema Pemulihan Industri Perfilman dan Pemajuan Budaya Sensor Mandiri di Era Kenormalan Baru COVID-19, dibahas mengenai sensor film yang sering menjadi bahan perbincangan

Inti diskusi ini adalah  Sosialisasi Budaya Sensor Mandiri, kali ini disampaikan kepada publik berikut beberapa poin penting lainnya.

 

sensor mandiri
sumber foto: Rayni N. Massardi

 

Sebagai catatan , acara ini merupakan  rangkaian sosialisasi program LSF mengenai sensor mandiri, yang biasanya dilakukan dengan cara datang ke kota-kota kemudian mengundang komunitas, seniman, mahasiswa, sineas, serta organisasi masyarakat. Dengan adanya COVID-19 maka kali ini sosialisasi dilakukan melalui webinar, sehingga acara sosialisasi online ini merupakan perdana.

 

View this post on Instagram

 

Info untuk #SahabatSensor, Lembaga Sensor Film akan menyelenggarakan Webinar Budaya Sensor Mandiri dengan tema “Pemulihan Industri Perfilman dan Pemajuan Budaya Sensor Mandiri di Era Kenormalan Baru COVID-19” yang akan dilaksanakan pada hari Kamis, 9 Juli 2020 pukul 09.00-12.30 WIB. Webinar ini akan menghadirkan: Pembicara Utama: – Muhadjir Effendy (Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI), Narasumber: 1. Dede Yusuf (Wakil Ketua Komisi X DPR RI), 2. Hilmar Farid (Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud), 3. Olga Lydia (Aktris Film), 4. Rommy Fibri Hardiyanto (Ketua LSF RI). Pengantar: – Naswardi (Ketua Komisi III LSF RI) Dengan moderator: – Noorca M Massardi (Ketua Subkomisi Dialog LSF RI), Jangan sampai ketinggalan ya, #SahabatSensor. Webinar ini gratis dan ada sertifikat elektronik untuk pesertanya lho. #SahabatSensor dapat melakukan registrasi pada tautan berikut: https://bit.ly/RegWebinarBSM1 Ayo gabung dan jadi bagian dari Gerakan Budaya Sensor Mandiri LSF! #LembagaSensorFilm #webinar #BudayaSensorMandiri #SensorMandiri

A post shared by Lembaga Sensor Film RI (@lsf_ri) on Jul 4, 2020 at 9:09pm PDT


LSF sekarang  menggunakan paradigma baru serta dialogis sebagai jalur pemberian literasi kepada publik ketika melakukan sensor. LSF periode baru ini tidak dengan mudah menggunting  atau memotong, untuk mensensor secara asal suatu adegan dalam film, namun juga melihat konteks film secara keseluruhan, kemudian dibandingkan dengan klasifikasi usia film.

Setelah itu akan dipertimbangkan kembali apakah dialog atau adegan tsb masuk dalam klasifikasi usia tsb atau tidak.
Jika terlalu kompleks maka akan dikembalikan kepada pemilik film.

intinya LSF akan memberikan catatan akan adegan yang dikenakan sensor, untuk kemudian dikembalikan lagi  kepada pemilik film.

Dialog dibuka untuk membahas jika ada sesuatu yang akan timbul menjadi perselisihan.

LSF sebagai fungsi literasi, akan menggalakkan situs, media sosial dan pola-pola media komunikasi lainnya, serta akan secara rutin akan memberikan informasi kepada  publik tentang film-film yang diputar. LSF akan memberikan resume film yang akan diputar, ini berbeda dengan sinopsis.

Resume ini lengkap dengan penjelasan, seperti misalnya alasan mengapa judul film ini dikategorikan untuk usia 17 tahun , yaitu karena ada adegan tertentu (dijabarkan) sehingga penonton menjadi memahami dan program sensor mandiri dapat dijalankan.

Saat ini 4 (empat) klasisifikasi usia untuk film adalah semua umur, 13 tahun, 17 tahun ,serta 21 tahun ke atas. Melalui sensor mandiri ini, diharapkan tidak akan terjadi hal-hal seperti batasan usia telah ditentukan, namun masih ada juga anak kecil yang dibawa serta meonton oleh orang dewasanya , hal inilah yang dapat dikategorikan sebagai pen zaliman kepada anak-anak, karena dibawa menonton film yang bukan peruntukannya.

Hal ini seolah menjawab keresahan Olga Lydia, akan kejadian ini yang sering kali ditemui. Terkadang malah penontonnya yang lebih galak dari pada petugas di bioskop yang telah menjalankan tugas melarang anak-anak dibawa masuk menonton film yang tidak sesuai peruntukan oleh orang dewasa. Orang dewasa ini yang seharusnya memberikan perlindungan bagi anak-anak.

 

Ada pula sedikit catatan dari Ketua Umum  Badan Perfilman Indonesia (BPI) , Chand Parwez Servia yang menerangkan kembali bahwa dasar pemebentukan LSF itu adalah Undang-Undang nomor 33 tahun 2009, yang intinya ingin memberikan perhatian lebih baik bagi produk lokal Indonesia  yaitu film Indonesia.

Ranah LSF hanyalah pada film yang diputar di ruang yang memungkinkan sekelompok orang bersama-sama menonton yaitu ruang biokop dan menyentuh juga sedikit media televisi. Adapun ranah media sosial dan digital (VOD , OTT , dll) , tidaklah merupakan ranah LSF, namun menjadi tugas badan yang lain.

 

 

Kemudian juga menjawab pertanyaan yang sering kali timbul , yaitu penolakan sebuah film ( sebagai contoh film Kucumbu Tubuh Indahku) secara beramai-ramai apakah termasuk sensor mandiri?

Maka ditanggapi oleh Rommy Fibri Hardiyanto itu bukanlah merupakan ranah LSF terlebih lagi bukanlah merupakan kategori sensor mandiri , karena tujuan sensor mandiri adalah mengajak  masyarakat untuk menonton dengan baik dan benar, sehingga akhirnya dapat memilah dan memilih tontonan yang sesuai dengan klasifikasi usia.

 

Tags: Chand Parwez ServiaCOVID-19LSFOlga LydiaSensor mandiri
Previous Post

Javicia Leslie Adalah Pemeran Batwoman yang Baru

Next Post

Amazon Rilis Poster dan Teaser Trailer Penuh Darah dari The Boys Season 2

Related Posts

5 Sekuel Film yang Mengecewakan, Tapi Tetap Layak Ditonton
Articles

5 Sekuel Film yang Mengecewakan, Tapi Tetap Layak Ditonton

17/05/2025
Flesh of the Gods
Barat

Elizabeth Olsen Bergabung dalam Film Thriller Vampir ‘Flesh of the Gods’ bersama Kristen Stewart dan Oscar Isaac

15/05/2025
Vin Diesel
Action

Terungkap! Nama Asli Vin Diesel yang Tak Banyak Diketahui Orang

15/05/2025
Together
Barat

Skandal Hak Cipta Menghantui Film Horor Together Jelang Rilis Bioskop

15/05/2025
Next Post
Amazon Rilis Poster dan Teaser Trailer Penuh Darah dari The Boys Season 2

Amazon Rilis Poster dan Teaser Trailer Penuh Darah dari The Boys Season 2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Popular 24 Hours

  • Who’s By Your Side 

    Wawancara dengan Peter Ho, sutradara serial HBO Asia Original ‘Who’s By Your Side

    408 shares
    Share 163 Tweet 102
  • Dwayne Johnson Bocorkan First Look dan Nama Karakter dari Eiza González di Hobbs and Shaw

    402 shares
    Share 161 Tweet 101
  • Roger Danuarta dan Cut Meyriska rekomendasikan film-film ini buat kalian

    403 shares
    Share 161 Tweet 101
  • 5 Sekuel Film yang Mengecewakan, Tapi Tetap Layak Ditonton

    399 shares
    Share 160 Tweet 100
  • Nonton Batman v Superman: Dawn of Justice Sepuasnya!

    405 shares
    Share 162 Tweet 101
Cinemags

© 2021 - 2025 Cinemags

Information

  • About Us
  • Advertise
  • Privacy Policy
  • Contact Us

Follow Us

No Result
View All Result
  • Trending
  • Reviews
  • Movie News
  • TV News
  • Interview
  • Lainnya
    • Show Case
    • Komik
    • Shop

© 2021 - 2025 Cinemags