Cinemags
  • Trending
  • Reviews
  • Movie News
  • TV News
  • Interview
  • Lainnya
    • Show Case
    • Komik
    • Shop
No Result
View All Result
Cinemags
  • Trending
  • Reviews
  • Movie News
  • TV News
  • Interview
  • Lainnya
    • Show Case
    • Komik
    • Shop
No Result
View All Result
Cinemags
No Result
View All Result

Review Bara (The Flame)

by nuty laraswaty
December 21, 2021
in Articles, Dokumenter, Dokumenter, Featured, Indonesia, Movie Articles, News, Pemenang Penghargaan, Reviews
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Share on FacebookShare on Twitter

Bisa dikatakan berawal dari tahun 2000, kelapa sawit seolah menjadi potensi baru bagi pemilik bisnis,  menjanjikan keuntungan luar biasa. Hal ini kemudian menggerakkan banyak pengusaha yang mulai memikirkan untuk berinvestasi atau membuka pabrik yang berfokus mengolah kelapa sawit. Untuk lahan, sangat banyak tersedia di pulau-pulau yang tersebar di Indonesia, baik itu merupakan tanah pribadi, tanah negara maupun tanah adat.

Berbicara mengenai tanah adat, maka mengacu pada perundangan yang berlaku di Indonesia , maka hak atas tanah adat itu diakui, namun karakteristik keabstrakkan dalam definisinya menimbulkan banyaknya peraturan turunan baru yang masih juga abstrak, ataupun satu sama lain saling bertentangan. Jika peraturan yang dibuat ternyata bertentangan, otomatis yang hierarki nya lebih tinggi lah yang lebih kuat . Paling tidak itulah teorinya , hingga film Bara (The Flame)  pun menceritakan lain dari sudut pandang Iber Djamal sebagai penduduk asli Kalimantan yang  mempertaruhkan sepanjang hidupnya untuk mendapatkan hak waris hutan adatnya.

Baca juga :Film Dokumenter “The Flame” Ungkap Kisah Perjuangan Pria Lanjut Usia Yang Berupaya Melindungi Hutan Adat Di Kalimantan

Bara The Flame

Film dokumenter ini mengajak penontonnya untuk hadir kedalam masyarakat asli Kalimantan yang lekat dengan alam. Mereka dikatakan hidup bersama alam, mendapat sumber penghasilan dengan membudi dayakan hutan yang berada di sekelilingnya dan memahami bahwa keseimbangan harus diperhatikan.

Namun hidup di Indonesia , masalah pengurusan sertifikat tanah, dapat dikatakan bisa mulus bisa rumit. Mulus jika bidang tanah tersebut memang diperuntukkan untuk pemukiman penduduk,pusat pemerintahan dan bisnis. Namun rumit jika menoleh ke lahan yang luas dan “tak bertuan” .

Tanpa bermaksud menyudutkan badan pertanahan nasional, memang dalam semua lini nampaknya akan ada oknum-oknum yang bermain dalam ketidakpastian ini. Hal inilah yang tersirat dari dialog yang disampaikan oleh Iber Djamal dengan masyarakat , maupun unsur terkait .

Iber Djamal berjuang di tengah ketidak pedulian orang-orang di sekeliling , untuk mendapatkan perhatian akan hak tanah adat yang ia perjuangkan. Motonya adalah apabila tanah adat ini diambil, dari manakah penduduk yang telah bertahun-tahun memenfaatkan hutan ini bisa mendapatkan kebutuhan untuk tetap hidup? Bukankah mereka hidup berdampingan dengan alam?

Modernisasi terlihat juga telah masuk ke dalam wilayah lingkungan Iber Djamal , ini pula yang menyebabkan bergesernya tatanan kehidupan. Namun sosok Iber Djamal yang tetap berjuang untuk mempertahankan tanah adat ini , merupakan pelita bagi lingkungan sekitarnya.

Pada akhirnya, setelah mendapatkan bantuan dari teman-teman LSM, berupaya memahami keabstrakan perundangan dengan menjabarkannya menjadi sesuatu yang lebih konkret, maka upaya Iber Djamal pun membuahkan hasil. Namun itu semua , bukan tanpa pengorbanan, Iber Djamal kehilangan sebagian tanahnya sendiri.

Dalam kemenangan yang bercampur kepedihan inilah, sosok Iber Djamal menyuarakan , ‘”tak mengapa saya kehilangan tanahku, asal tanah adat itu dapat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekelilingnya”.

Namun tidakkah hal ini kembali seakan menohok bagi orang-orang yang masih punya hati nurani ? Haruskah perjuangan seseorang demi kemaslahatan orang banyak , dikecilkan demi kepentingan bisnis belaka? Serta tidakkah hal ini memberikan rasa malu bagi masyarakat yang seakan cuek , acuh akan hal-hal ini?

Semua perjuangan ini dapat disaksikan pada film Bara atau juga disebut The Flame , namun sebelumnya cek terlebih dahulu trailernya

Tags: Arfan SabranBaraGita FaraIber DjamalThe Flame
Previous Post

Apple akan Hadirkan Dokumenter Musik James Bond Berjudul The Sound of 007

Next Post

Batal Streaming, Blue Beetle akan Kembali Rilis di Bioskop

Related Posts

5 Sekuel Film yang Mengecewakan, Tapi Tetap Layak Ditonton
Articles

5 Sekuel Film yang Mengecewakan, Tapi Tetap Layak Ditonton

17/05/2025
Flesh of the Gods
Barat

Elizabeth Olsen Bergabung dalam Film Thriller Vampir ‘Flesh of the Gods’ bersama Kristen Stewart dan Oscar Isaac

15/05/2025
Vin Diesel
Action

Terungkap! Nama Asli Vin Diesel yang Tak Banyak Diketahui Orang

15/05/2025
Together
Barat

Skandal Hak Cipta Menghantui Film Horor Together Jelang Rilis Bioskop

15/05/2025
Next Post
Blue Beetle

Batal Streaming, Blue Beetle akan Kembali Rilis di Bioskop

Popular 24 Hours

  • 10 Film dengan Konten Dewasa yang Bisa Kamu Tonton di Netflix (US)

    21424 shares
    Share 8570 Tweet 5356
  • Sebelum Nonton, Kenali Dulu Ragam Kelas di Bioskop CGV

    29917 shares
    Share 11966 Tweet 7479
  • Liam Neeson Berlomba dengan Waktu di Trailer The Ice Road

    411 shares
    Share 164 Tweet 103
  • Poster Baru Dumbo Memperlihatkan Keceriaan Sang Gajah Ajaib

    400 shares
    Share 160 Tweet 100
  • A-Train Rangkum Kisah Season Sebelumnya untuk Mempromosikan The Boys Season 4

    408 shares
    Share 163 Tweet 102
Cinemags

© 2021 - 2025 Cinemags

Information

  • About Us
  • Advertise
  • Privacy Policy
  • Contact Us

Follow Us

No Result
View All Result
  • Trending
  • Reviews
  • Movie News
  • TV News
  • Interview
  • Lainnya
    • Show Case
    • Komik
    • Shop

© 2021 - 2025 Cinemags